Sunday, July 25, 2010

Karst Citatah: Terumbu Karang Oligo-Miosen yang Terancam Punah

Judul : "Amanat Gua Pawon"
Harga :
Rp 50.000
Penyunting : Budi Brahmantyo dan T.Bachtiar
Jenis buku :
Bunga rampai (berisi artikel 20 penulis dari beragam profesi)
Penerbit: Kelompok Riset Cekungan Bandung

UNTUK yang sering bolak-balik Bandung-Jakarta melalui jalur Sukabumi-Cianjur-Padalarang, pastinya tidak asing dengan kawasan Tagog Apu - Citatah. Di daerah ini, sejenak kita akan terhibur oleh panorama bentang alam yang berbeda dibanding di jalur lain. Yaitu, panorama perbukitan karst (batu gamping/kapur) dengan jalannya yang berkelok-kelok, mengingatkan kita pada puisi-puisi Ramadhan KH, Priangan Si Jelita: ....berbelit jalan ke gunung kapur.

Tahukah? Jika kita menyusuri jalan “buatan” Herman Wilhelm Daendels (Gubjen Hindia Belanda periode 1808-1811) yang menghubungkan Jakarta Bandung ini pada 30 juta tahun lalu, kita akan berada di dasar suatu laut dangkal yang kaya terumbu karang. Bagaikan sedang menyelam di perairan The Great Barrier Reef. Atau jika terbang di atasnya, seperti sedang ber-snorkling di taman laut Bunaken yang indah. Bukti sejarah geologis tersebut masih terrekam sampai detik ini, berupa rangkaian perbukitan batu gamping, khas sisa-sisa laut dangkal, berumur oligo-miosen (30-20 juta tahun lampau).

Dari sudut pariwisata/olahraga, lokasi ini sering digunakan para pedaki tebing untuk menjajal kemampuannya. Namun sayang, perbukitan kapur yang menyimpan sejarah sangat menarik ini juga dimanfaatkan perusahaan-perusahaan yang sekedar ingin mengeruk keuntungan dari bongkahan-bongkahan batu kapurnya.

Tak heran jika di sana kita seringkali melihat pemandangan aktivitas alat-alat berat seperti ekskavator atau backhoe, tengah merayapi bukit-bukit yang tampak sudah gundul dan memutih memperlihatkan isinya. Bukti sejarah Geologi yang luar biasa ini, sedang dalam tahap penghancuran!

Pada 2003, ditemukan fakta kawasan ini pernah disinggahi manusia prasejarah. Terbukti dari ditemukannya fosil manusia dari spesies Homo sapien awal, berusia 11-10 ribu tahun. Fosil ini ditemukan meringkuk di kedalaman lantai Gua Kopi – Gua Pawon, lokasi yang juga sering digunakan para pedaki tebing karena di dalamnya terdapat tebing yang cukup menantang.

Menanggapi hal tersebut, 20 penulis dengan latar belakang beragam : geolog, wartawan, seniman, arsitek, pendaki gunung, dll, mencoba mencurahkan perasaannya di dalam buku ini. Keseluruhannya bernada kepedulian akan perlindungan warisan alam perbukitan batu kapur Citatah-Rajamandala secara umum, dan Gua Pawon pada khususnya, yang wajahnya kini sudah bopeng-bopeng. Selamatkan Karst Citatah!! (ruri andayani)

***

Untuk info pembelian:
@Tulis email ke ruri_and@yahoo.com

(pengiriman akan dilakukan lewat ekpedisi: Tiki ataupun Posindo).

"Karena kesulitan memperoleh stok buku ini, maka pembelian minimal harus 5 eksemplar"

No comments:

Post a Comment